Minggu, 04 Juni 2017

Petir yang Pecicilan Itu

Petir yang menurut Jokpin pecicilan itu memang betul pecicilan.

Kota Garo. Daerah kecil dengan pasir putih alih-alih tanah merah. Terbagi menjadi beberapa desa, dipisahkan sekelompok pohon kelapa sawit—yang bagiku tampak seperti hutan. Pohon-pohon itu belasan kali tinggiku!

Petir-petir itu. Sembarangan masuk rumah orang. Tidak mengetuk, tidak mengucap salam. Tos-tosan dengan televisi. Mentang-mentang rumah para transmigran yang berdinding papan itu terbuka.


Petir yang pecicilan itu lantas mudah sekali tidak disukai. Tak pernah diundang dan tak diajak makan. Aku mengadakan ritual mengundang sepi. Biar itu petir terkapar, lagi, dihajar sepi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar