Aku
yakin banyak di antaramu akan mengacungkan jari saat kutanya: apa kau suka
sepi?
Namun,
apa ada yang menjawab ya bila
kusodorkan: apa kau suka kesepian?
Aku,
secara pribadi, suka sepi. Untuk beberapa kasus, aku suka menyepi. Tapi, aku
tak pernah suka kesepian.
Terbangun
dari tidur di pagi hari, ada suara kokok ayam, detak jam weker, suara panci, tapi
kesepian.
Di
tengah siang, kala matahari sedang riang-riangnya, terdengar celoteh anak-anak,
suara orang-orang ngobrol tentang pekerjaan, suara ketak-ketik komputer,
tapi kesepian.
Kaunyalakan
mesin mobil, nyalakan televisi dengan suara nyaring, suara denting oven, tapi
kesepian.
Sementara
itu, ada orang yang di puncak gunung sana, sepi, jauh dari keramaian, tapi
tidak kesepian.
Ah,
apa kesepian, sebagaimana bahagia, juga faktor “merasa”?
(2 Juni 2015)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar