Kamis, 27 Maret 2014

Lelaki dan Perahu

          Ini aku cerita dari kejauhan. Ada seorang lelaki hendak menaiki perahu yang sudah tidak layak pakai. Orang-orang tiada mencegah niat si lelaki berperahu dengan kapal yang diramalkan akan karam itu.
          Dengan otaknya yang sekepal, si lelaki bukan orang yang tidak berpikir akan berakhirnya ia bersama perahu. Ia sudah tahu itu. Sudah tahu perahunya akan tenggelam di tengah lautan. Sudah tahu ia takkan mencapai seberang dengan perahu yang akan karam.
          Sakitnya aku saat ia tetap memilih berperahu. Ia tidak bodoh, tentu. Yang kutahu, ia telah memilih dalam hidupnya dan menerima segala konsekuensi atasnya.
          Aku hanya bisa berdoa semoga ia tiba di seberang dengan selamat. Apa pun caranya.*


*aku berbohong. Aku hanya bisa berdoa semoga dia selamat: dengan tidak menaiki perahu itu, misalnya.


(19 Februari 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar