Rabu, 18 September 2013

Si Adek Nonton Konser

          Sabtu pagi (14 /9) gaduh. Si adek mau nonton konser girl band Korea itu. Ini pertama kalinya ia menonton konser—sekaligus pengalaman pertama keluarga kami ada anggota yang mau nonton konser. Mama sibuk memberi komando semacam, “Pak, itu telurnya digoreng buat bekal!” atau “Kamu tempatin minumnya, Dek. Itu tempatnya udah Mama siapin”.
          Ya. Bapak ikut nyemplung  ke dapur menyiapkan sarapan dan perbekalan adek nonton konser—ehm, sebenarnya emang Bapak biasa terjun ke dapur, sih... . Doi lebih jago masak dibanding semua perempuan di keluarga kami (Mama, aku, dan adek).
          “Daripada jajan di sana. Mahal doang, kenyang nggak,” begitu alasan Mama. 
          Sambil menyiapkan ini-itu, Mama komat-kamit memberi pesan, “Hati-hati di sana, Dek. Waspada. Gini hari berangkat, emang konsernya jam berapa, sih? Apa? Konsernya masih kapan tahu kok gini hari udah sibuk? Nanti kamu di sana ngapain? Duduk apa berdiri? Duduknya di mana? Lah, kalau jalan-jalan, ntar tempat duduknya didudukin orang gimana? Terus, itu kalau nonton, ngapain aja? Eh, kamu mau nasi uduk? Itu roti tawarnya dibawa.”
          Menurutku, adalah sebuah keajaiban Mama bisa melepas anaknya nonton konser. Biasanya, itu hal mustahil! Mama pencemas keterlaluan soalnya. Dengar anaknya jatuh aja bisa bikin jantungnya melorot sampai ke kaki (ehm, naudzubillah min dzalik, tapi maksudku, beliau memang pencemas banget!). Sebelum pergi ke mana-mana, selalu akan ada interogasi. Pertanyaan pasti: ke mana, sama siapa, anak mana, rumahnya di mana, ngapain aja, pulang jam berapa, kalau beliau bisa nelepon atau SMS mungkin akan tanya nomor telepon kawan pergi kami. Begitulah.
          Keluarga kami memang begitu. Satu punya acara, semua repot. Mama dan Bapak akan berupaya kami keluar rumah dalam keadaan siap dan memastikan kami aman.
          Oh, ya, sementara Mama dan Bapak sibuk menyiapkan keperluan adek itu, aku tidur-tidur ayam. Ketika akhirnya bangun dan keluar kamar, melihat penampilan si adek dan bawaannya, aku ketawa ngakak.  Si adek siap berangkat konser dengan tas ranselnya dan goody bag berisi makanan: roti tawar seplastik, minum dua botol, nasi uduk dan lauk (aku malah pernah datang ke pesta buku Jakarta dengan bekal sayur asem! Sayur favoritku, sih, emang, hehehe..), dan entah apalagi.
          “Kamu mau kemping di mana, sih?” komenku. “Hahahaha… .”
          Em, meski begitu, aku tahu dan sadar betul, yang dia bawa itu bukan sekadar bekal, melainkan cinta orang tua kami. Entahlah, kurasa, orang tuamu begitu juga. Cuma mungkin caranya yang beda. Ya, kan?
          Terima kasih, Mama dan Bapak. Kami siap keluar. :)


Untuk adek:
Ciye naik angkot ciyeee~
Mabok, nggak? Hahahaha..
*biasanya doi nggak lepas dari Abang (motor kami) soalnya*
Btw, syukurlah keinginanmu terwujud, dudz.. :’)

(14 September 2013)

2 komentar:

  1. huahahahaha aku dijadiin bahan cerita, hih..
    hohohoho alhamdulillah, tinggal ngeliat pacarnya Seohyun aja nih yang belom..
    mabok sih, nggak, puyeng doang hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. aku cuma mau cerita, bukan sengaja ngejadiin kamu bahan cerita.. *apeulah* :b

      Hapus