Kamis, 15 Agustus 2013

Rindu yang Mengganggu

Apakah kamu sedang merindu?
Jika iya, kuharap rindumu tidak mengganggunya.
Pernahkah aku?
Ya.

Bukan, aku bukan sedang rindu kepada pujaan hati. Aku sedang tidak rindu kepadanya karena aku sudah mencicil pengiriman rindu. Jadi, ya, aku tidak rindu dia. Ah, ya, aku bukan mau cerita tentang dia (kita anggap saja “dia” di sini merujuk kepada seseorang). :D

Ini tentang temanku.
Aku rindu dia (terutama ketika ini ditulis dan hari sebelumnya).
Bulan ini dia akan menikah. Di luar kota. Klaten.
Aku sangat ingin bisa hadir. Sayangnya, peluangku untuk hadir kecil. Aku tidak akan beralasan. Yang jelas, aku ingin sekali datang karena untuk berikutnya mereka tidak tinggal di Jakarta lagi—dan kemungkinan besar aku tidak bisa memenuhi keinginanku sendiri itu.

Dalam sebuah status di facebook dia bilang:
“I wish you were here today, saturday (hari akad nikahnya), and next thursday (resepsinya)”.
Aku dan tiga orang lainnya di-tag di sana. 

Oh, betapa itu membuat rasa ingin hadirku makin menjadi-jadi. Aku jawab:
“huaaaaaaaaaaaaaaaaa~
Gue jugaaaaaaaaaaaaaa~

Eh, tapi untungnya lu selalu membawa gue dalam hati lu, Nyah.
Jadi, di mana pun elu berada, gue juga ngikut.
Semoga berkah dan selalu bahagia, ya, Nyah.. :3”

Jawabannya mengejutkan: membuat geli sekaligus sedih.
“pantesan hati aku berat bangeeeetttt, ya udah keluar dulu aja bentar ya Sabtu sama Kamis, ntar masuk lagi, deh.”

Aku tidak bisa langsung menjawab.
Seketika galau. Hahaha… .
Aku perlu melakukan ini-itu untuk mengurangi rasa galauku.
Aku mendapati bahwa ternyata rinduku mengganggunya!

Aku pun akhirnya membalas—dengan hati dalam keadaan sudah agak ringan.
“hahahaha…
Iya, iya, sayang..
Maaf, ya...
Aku insya Allah ikhlas nggak dateng..
Barangkali memang perlu begitu.
:3”

Ya, itu benar.
Aku (berusaha) ikhlas tidak bisa hadir.
Aku tidak mau nggondeli siapa-siapa.

Untukmu, Nyonyah Wahyu Nur Indah Kurniasari,
Meski hanya melalui tulisan ini,
Aku mau bilang:
“Selamat menempuh hidup baru.
Semoga keluargamu menjadi keluarga samara.
Semoga keturunanmu memiliki sifat dan sikap yang terpelihara.
Semoga kamu dan keluargamu diberkahi Allah.
Semoga kamu dan keluargamu dalam lindungan Allah
dan semoga selalu bahagia!”

Terus, untuk Tuan Jemy Panopo:
“Jaga Nyonyahku baik-baik, ya!
Biar suaranya seperti petasan rentet di-mix suara knalpot bajaj,
Kami menyayanginya! Hahahaha
Semoga jodoh kalian tidak berakhir!”
 

Tulisanku lebay?
Ya, nggak papah.
Yang penting aku sayang suamiku (nantinya). Hahahaha.. (anak twitter banget!)
Selamat merindu!


p.s.:
selesai mengetik ini, aku dapat sandek dari nyonyah bahwa ponselnya jatuh. Nggak ada hubungannya, sih, cuma biar berefek dramatis aja! haha.. :D


(9 Agustus 2013)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar