Sabtu, 29 Desember 2012

#PostcardFiction: Undangan Merayakan Cinta



          Sebuah kartu pos berlatar kota berkincir tergeletak di tepi jendela. Ia siap dikirim (atau siap diterima?). Tidak ada nama pengirim dan nama penerima di sana. Kalau kaujenguk lebih lanjut ke atas kartu pos itu, akan tampak deretan tulisan yang gemuk-gemuk di sana. Mari kita telusuri jejeran kata yang mengisi kartu pos tersebut.

Leiden dan kamu.
Dua hal yang semula tidak mungkin, kini memadu di depanku.Bersama senja yang merah, kita duduk di kafe tepi kanal itu. Kita menyeruput aroma senja begitu nikmat. Begitu nikmat hingga kita pikir kitalah senja itu. Kita tersenyum lepas.


Tiba-tiba kaumenoleh padaku.
Dengan muka itu kaubilang,
Mau kaujadi istriku?

Dan senyumku yang semula lepas
berubah terkulum
lalu tertelan
dan berganti dengan wajah tak percaya.

Melihat itu, kamu meyakinkanku dengan senyummu.
Aku tatap lurus-lurus matamu, menginterogasi hatimu.
Merasakan waktu itu: suara angin, aroma kopi, mata teduh, semua memadu.
Semua berkonspirasi. Cuma aku yang baru tahu.
Lalu, cuma ini yang aku tahu,
Ya. Aku mau jadi istrimu.

          Begitulah.Ternyata kartu pos itu berisi sebuah selebrasi. Yang dirayakan di sana adalah cinta. Ah, betapa merayakan cinta itu sangat menyenangkan, bukan? Selanjutnya, kubiarkan undangan merayakan cinta itu tiba di pangkuanmu. Semoga berkenan.


 (Tulisan yang dibuat untuk #PostcardFiction yang diadakan oleh Kampung Fiksi dan Smartfren).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar