Sabtu, 06 Oktober 2012

"undangan perayaan cinta"



Liat undangan nikah sarjana filsafat dan sarjana ekonomi. Mereka nyebut undangan itu "undangan perayaan cinta"..
          Awalnya saya melihat sebuah undangan yang ditujukan untuk seorang teman. Saya begitu tertarik dengan pernyataan yang ada di situ. Jika undangan pada umumnya hanya menuliskan “undangan”, undangan tersebut memerlukan tambahan khusus “perayaan cinta”. Ini begitu menarik. Selanjutnya, saya diberi tahu, si pengundang adalah sarjana filsafat dan sarjana ekonomi. Ini lebih menarik lagi. Di mana titik temu antara filsafat dan ekonomi? Yang satu matematis, yang lainnya platonis. Ternyata mereka teman SD yang dipertemukan kembali ketika dewasa. Tangan Tuhan bermain di sini. Bukankah keajaiban tidak pernah berhenti?
           
Tiap perempuan punya rencana sendiri untuk pernikahannya: undangan, tempat menikah, suvenir, nuansa, dekorasi, gaun, dsb..
Mengenai undangan, saya pikir undangan tersebut sebagian besar berdasarkan keinginan si mempelai wanita (yang sarjana filsafat). Warna merah mudanya menunjukkan keperempuanan, penggunaan istilah “undangan perayaan cinta” barangkali sisi filosofis yang ada di dirinya. Belum lagi puisi-puisi cantik yang menghias si undangan. Bukankah perempuan senang sekali merencanakan pernikahannya?

Meski punya desain sendiri tentang pernikahannya, perempuan akan dengan senang hati menyesuaikan dengan keinginan prianya..
          Em, tapi, sih, biasanyaaaa, kaum pria akan dengan senang hati menyerahkan perencanaan pernikahan kepada si perempuan. Hehehe... .

Pada dasarnya perempuan menginginkan lelaki pengayom sebagai suaminya..
          Perempuan sangat berharap memiliki suami yang dapat dijadikan imam. Ini tentu bermakna luas. Bukan hanya imam dalam pengertian ibadah, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Jika memiliki mental sebagai imam, seorang lelaki pasti dewasa, menghargai, mengayomi, dan jelas bertanggung jawab.

Dalam beberapa kasus ditemukan bahwa perempuan tidak hanya ibu bagi anak-anaknya, tetapi juga ibu bagi anak mertuanya..
          Lain hal dengan lelaki yang remaja di usia menjelang senja. Usia biologisnya lebih tua daripada usia psikologisnya. Menghadapi lelaki ini, perempuan akan memosisikan dirinya sebagai ibu untuk anak mertuanya juga.

Kalau perempuan mencintai laki-laki dengan hatinya, tidak diragukan lagi, tiada yang lebih tampan daripada lelakinya..
          Fisik memang menjadi pertimbangan, tetapi bagi sebagian orang, itu bukan yang utama. Yang jelas, untuk tiap perempuan, lelakinya jelas tampak lebih tampan daripada lelaki lainnya. Mengapa? Karena si perempuan telah melihat segalanya (terutama hal-hal yang bisa melengkapinya) dalam diri si lelaki.
  
Tentang kaya, bisa diperjuangin barenglah. Sebrengseknya laki-laki, asal cinta, nggak bakal keluarganya dibiarin ngeblangsak.
          Lelaki dididik sebagai lelaki. Aku percaya, tiap lelaki akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk keluarganya. Ia tidak akan membiarkan keluarganya menderita.

Kalo fisik mah udah hak cipta Tuhan. Udah proporsional. Gitu aja demen kok.. Lagian, emang sesempurna apa sih kita? Hehe..
          Tiap manusia bisa mengukur diri dan tahu diri. Pun tahu bersyukur. Itu aja. 

http://www.hereisfree.com//content1/smallpic/14510.jpg

Tidak ada komentar:

Posting Komentar