Rabu, 08 Februari 2012

HUJAN


HUJAN—Ketika aku akan berangkat sekolah, hujan menyerbu dari langit. Ibu lekas-lekas ke dapur dan mengambil plastik hitam lalu menyelubungi kepala dan dua kakiku dengan plastik tersebut.


HUJAN—Saat berkendara, hujan merajam bumi. Kami pun minggir. Jas hujan satu pasang: atas buatku, bawah buatnya.


HUJAN—“Kenapa hujan diturunkan, Bu?” | “Itu cara Tuhan menunjukkan indahnya pelangi, Nak.”


HUJAN—Aku tak pernah membenci hujan. Ia selalu berhasil menyamarkan derap air mataku hingga aku sendiri terkecoh: air mata atau air hujan. Syukurlah!


HUJAN—Hujan merangkak di tengah jalan. Kami pun menepi, memberi jalan, dan membiarkannya lewat.  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar