Senin, 01 Agustus 2011

The best free thing is freedom

Saya teringat tulisan Sindhunata dalam buku"Dari Pulau Buru ke Venezia". Di buku itu ia menceritakan pengalamannya mendatangi beberapa tempat. Tempat pertama yang ia bahas adalah Pulau Buru.

Kalau saya tidak salah ingatan, di bagian Pulau Buru ia bercerita tentang pesakitan. Namun, pesakitan di sana jangan kita bayangkan mereka selalu berada dalam jeruji besi seperti kita lihat di televisi2 itu.

Tidak, tidak.
Mereka hidup seperti kita begini cuma biasanya ditempatkan dalam unit2 tertentu & disebut warga unit/anggota unit.

Di Pulau Buru, warga unit biasa memberi nama manusia kepada hewan, semisal "Susi" untuk kucing, "Joni" untuk anjing, atau "Bunawan" untuk kerbau.

Apa katanya?
"Kami buat begitu hanya sekadar untuk mengingat anak2 kami yang sangat kamirindukan."

keunikan lain, warga unit di Pulau Buru mengawinkan hewan2 antarspesies (selain mereka juga kerap menikahi penduduk setempat).

Perkawinan antarhewan yang pernah terjadi, misalnya kerbau dengan sapi & anaknya diberi nama Bopi (kebo-sapi).
Ayam & itik pernah dikawinkan tapi telur tidak bisa menetas sedangkan hasil perkawinan anjing & babi belum diketahui tapi katanya babinya mengandung.

Hal penting yang menarik dari tulisan Sindhunata ini adalah bagian tentang kebebasan. Tiap ingin ke unit lain, mereka harus punya surat izin. Mengenai ini, anggota unit bilang, "nggak bebas" sedangkan si Komandan (em, semacam pimpinan penjaga unit) bilang, "di sini tidak ada kawat berduri atau senapan."

ya, apa sebenarnya kebebasan itu?
Mengapa menurut orang lain "oh, lu bebas2 aja, kok.." tapi menurut kita "ooh.. Ini sangat menyiksa.. Tidak bebas"?
Apa sebenarnya yang menyebabkan ketidakbebasan itu?
Bukankah dasarnya bebas itu barang gratisan?

Yap, seringkali orang2 tidak berada di jeruji besi, tetapi merasa dirinya tidak bebas. Salah satunya warga unit tadi.


Anda?


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar