Rabu, 16 Februari 2011

matahari

Aku tulis ini di saat alam sudah lelah dan sudah sangat ingin tidur.
Meski begitu, aku tetap mengusiknya dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai rindu.
Mengapa rindu harus ada?
Apakah ia lahir dari rahim perempuan dengan tidak menunggu bulan ke sembilan?

Sakitnya merasakan rindu, tapi bukan rindunya aku pada rasa sakit, tentu saja.

Rindu kepada siapa?
Tentu saja kepada matahari itu.
Rasanya ingin kuketuk pintu rumahnya saat ini juga lalu kubilang padanya, "aku ingin bertemu denganmu.."

mungkin kamu menjawab, "bagaimana bisa kita bertemu?"

"bisa."

"tapi kamu malam.."

"kita bisa bertemu. Nanti, saat senja mengantuk."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar